Jumat, 22 Juni 2012

Pembangkitan Aura


Pembangkitan Aura  by: Edy M. Wijaya


Aktifitas pikiran manusia bagaikan nyala bintang di kejauhan.  Sesekali bersinar, redup dan kemudian menghilang. Semuanya terjadi dalam waktu yang serba sesaat.  Terjadi berulang kali, dalam beberapa waktu dan tempat yang berbeda-beda.  Kondisi pikiran yang sedemikian rupa, menyebabkan munculnya ide-ide dalam hidup manusia, yang mana harus ditangkap dan dikembangkan.  Pada saat yang sangat singkat, dengan aktifitas pikiran yang muncul dan tenggelam, menyebabkan lahirnya ide-ide yang tak terhitung jumlahnya yang berpotensi menyebabkan satu ide yang telah ditangkap menjadi kacau dan hilang, diganti dengan ide baru yang muncul, dan hilang kembali digantikan oleh ide baru dalam waktu yang singkat.

Berhadapan dengan kondisi dan situasi lingkungan, aktifitas timbul tenggelamnya pikiran manusia akan melahirkan suatu bentuk hasil pikiran yang disebut persepsi dan asumsi.  Yang merupakan tanggapan terhadap situasi dari hasil olah pikiran manusia secara intern dengan bahan ekstern. Akan tetapi, kondisi lingkungan tidak dalam kondisi yang tetap.  Perubahan situasi dan kondisi lingkungan sama cepatnya dengan aktifitas timbul tenggelamnya pikiran manusia.

Suatu hasil pemikiran akan terus berkembang sesuai dengan inti pemikiran tersebut.  Apakah pikiran tersebut merupakan suatu pemikiran yang bersifat negative maupun positif, maka kedua sifat pikiran tersebut akan terus berkembang. Hasil pemikiran kemudian berhadapan dengan perasaan.  Perasaan merupakan unsure yang sangat dekat dengan manusia.  Seringkali manusia menempatkan dirinya sebagai perasaan, dalam artian bahwa, dirinya adalah segala sesuatu yang dirasakannya.  Dengan kecenderungan seperti ini, maka perasaan memiliki wewenang untuk menentukan kondisi manusia seperti situasi yang dialami oleh perasaan.  Jika perasaan dalam kondisi tidak bersemangat, karena hasil olah pikiran menjadi suatu beban, yang menyerap begitu banyak energy positif, maka manusia pun mengalami hal yang sama, tanpa semangat dan lemah. Demikian juga sebaliknya, jika hasil pemikiran menyebabkan bertambahnya energy positif dalam perasaan manusia yang menyebabkan bangkitnya semangat, maka manusiapun akan memancarkan energy dan semangat yang sama.

Dalam hal ini, yang difokuskan adalah kondisi dimana manusia merasa lemah, tanpa semangat yang disebabkan oleh perasaan.  Kondisi yang lemah ini merupakan suatu kondisi yang sama sekali tidak menguntungkan bagi manusia, karena pada kondisi ini pikiran akan melahirkan lebih banyak persepsi-persepsi lain yang menyebabkan energy positif dalam bentuk semangat semakin terkuras, melemahkan daya pikir dan mengurangi stabilitas emosional manusia. energy yang berkembang dalam diri manusia adalah energy negative karena energy positif cenderung berkurang (jumlah energy selalu sama, dan tidak dapat hilang, hanya mengalami perubahan bentuk) Dengan tidak terjaganya stabilitas emosional manusia, itu berarti kesadaran manusia cenderung menurun.

Manusia tidak dapat bertindak tanpa kesadaran yang cukup. Oleh karena itu, keadaan dimana manusia dipengaruhi oleh tingkat emosional yang tinggi dengan kesadaran yang rendah, harus dihindari. Perlu diingat bahwa, yang menjadi sumbernya adalah aktifitas pikiran, maka yang perlu dipertahankan adalah bagaimana pikiran dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran yang baik sehingga menyebabkan perasaan yang baik.

Dalam tingkat yang lebih tinggi, manusia harus menyadari bahwa sang diri bukanlah perasaan. dengan demikian maka, apapun yang terjadi dalam perasaan manusia, pada hakekatnya bukanlah sesuatu yang terjadi pada diri, melainkan suatu kejadian semu bagi sang diri.  Karena sang diri dan perasaan yang telah terpisah, maka segala sesuatu yang terjadi pada perasaan diibaratkan sebagai suatu pertunjukan, dimana pertunjukan itu disaksikan oleh sang diri.  Akan tetapi sang diri bukanlah pelaku pertunjukan yang sedang dipentaskan tersebut. demikian pula, manusia harus menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam pikiran manusia adalah sebuah pertunjukan, yang mana sang diri bukanlah pemerannya. Persepsipun bukanlah sang diri.

Dalam tingkatan yang lebih sederhana, seseorang dapat mengembangkan ego nya.  Dalam hal ini, sang diri mengambil alih sepenuhnya aktifitas pikiran untuk menentukan keadaan dirinya. Pada dasarnya, aktifitas pikiran merupakan suatu aktifitas semu, yang mana setelah ditanggapi oleh perasaan dan sang diri, barulah timbul suatu kenyataan bagi manusia. Dengan menempatkan diri sebagai pengatur pikiran, maka apapun yang terjadi dan diinginkan terjadi pada pikiran dapat dikendalikan sepenuhnya oleh sang diri. Dengan dikendalikannya pikiran oleh sang diri, maka segala sesuatu yang terjadi pada perasaan akan mengikuti seiring dengan aktifitas pikiran. Sebagai hasil akhirnya akan menjadilah sang diri yang sesuai dengan kehendak diri.

Manusia dapat menyembuhkan dirinya dari suatu ketidakberdayaan atau dari suatu penyakit bhatin dengan pengelolaan pikiran, yaitu membangkitkan suatu imajinasi positif.  Pembangkitan imajinasi positif dilakukan dengan sengaja untuk menyeimbangi imajinasi imajinasi negative yang terjadi begitu saja atas aktifitas pikiran.  Karena pada hakikatnya, semua penyakit bhatin yang terjadi adalah karena pengaruh pikiran yang timbul dan tenggelam, dan itu bersifat semu. Sesuatu hal yang semu bisa diatasi  hanya dengan imajinasi lainnya yang juga bersifat semu.  Jika hal semu tadi menimbulkan penyakit bhatin, maka imajinasi sebagai antipati nya adalah imajinasi yang menghancurkan tumbuhnya timbul tenggelamnya pikiran yang menyebabkan timbulnya energy negative.

Manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan dirinya yang terkuat, untuk menghadapi keadaan ketika dalam pikirannya dia tenggelam sebagai bhatin yang terlemah.  Caranya adalah dengan cara melibatkan diri sebagai pengendali penuh atas pikiran.

Dalam suatu meditasi, hal ini dapat dilakukan dengan proses pengendalian pikiran sebagai berikut
1.       Duduk dalam posisi yang tenang dan aman.  Perhatikan posisi duduk agar peredaran darah tidak terganggu, pernafasan tidak terganggu dan dalam lingkungan yang tenang.
2.      Ketika nafas dan diri telah siap, maka serap energy alam dengan mudra tangan yang terbuka.  Dengan mudra seperti itu, cukup menguatkan pikiran kita untuk membayangkan betapa terbukanya diri kita untuk menerima segala energy yang tersebar begitu banyak di alam semesta.
3.      Dengan energy alam semesta tersebut, bakarlah semua penyakit bhatin dan bangkitkan semangat. Bangkitkan seluruh energy positif.
4.      Imajinasikan bahwa energy telah merasuk ke seluruh tubuh, menyatu di setiap titik kesadaran tubuh, dan sang diri adalah diri yang terpenuhi oleh energy.
5.      Ciptakan lingkaran energy yang melindungi bhatin.  Suatu lingkaran energy yang memancar sebagai suatu kejayaan atas diri telah memancar dari dalam bhatinmu.
6.      Dengan energy yang melimpah ruah dalam diri, maka tiada suatu hal apapun yang dapat mempengaruhi kejayaan sang diri. Diri telah terlidungi, tidak lagi terperdayakan oleh energy-energy lain yang member penyakit bhatin.  Sang diri telah jaya, bagaikan makhluk besar yang tinggi, memandang segala sesuatunya berada di bawah.
7.      Kemudian tangan yang dalam mudra terbuka dicakupkan di dada, seluruh jemari ditutup dan disatukan.  Kesepuluh jari merupakan dashendrya. Dengan mudra seperti ini, maka keseluruh dashendrya telah disatukan, untuk mengunci kejayaan atas energy positif yang telah dikuasai oleh sang diri.
8.      Ketika tangan dicakupkan maka sang diri telah bersinar dan sangat jaya. Tiada hal lain yang melampaui kejayaan sang diri.

Dengan demikian, hilanglah semua penyakit bhatin yang membuat manusia tidak berdaya.  Saat seperti ini, sang diri telah mengatasi segala sesuatu.  Seorang manusia telah menumbuhkan kepercayaan dirinya, kehilangan keluh kesah dan keragu-raguannya. Seorang manusia telah sangat kuat dalam hal bhatin.

Dalam pencapaian meditasi ini, maka sang diri menyadari bahwa betapa kuasanya diri. Mulai menyadari mengenai kemurnian diri yang tidak pernah terpengaruh oleh apapun. Dengan terbebasnya kemurnian diri ini, maka segala macam rintagan telah tiada, segala macam ketakutan dan kelemahan telah tiada. Sang diri lah yang Berjaya dan sangat agung.  Tiada suatu halangan apapapun bagi sang diri.  Langkah selanjutnya adalah, bagaimana menggunakan kekuatan bhatin ini dalam interaksi lingkungan.

Kekuatan bhatin merupakan kekuatan intern manusia yang terjadi karena aktifitas pikiran, persepsi dan perasaan manusia yang tidak terpengaruhi oleh aktifitas eksteren dan lingkungan manusia. dengan kekuatan bhatin seperti ini, maka manusia dapat melakukan interaksi dengan lingkungan dengan sangat tenang dan merasa tidak kekurangan sesuatu apapun. Dengan kuasa yang sangat besar ini, maka harus disertai oleh kebijaksanaan.  Pengembangan kebijaksanaan dilakukan untuk dapat mengemban kekuatan bhatin atas kebebasannya agar dapat ditampilkan dalam hidup yang baik. Sebab jika kebijaksanaan tidak dikembangkan untuk memegang kuasa bhatin ini, maka akan menyebabkan kesalahpenggunaan kekuatan bhatin.  Layaknya energy alam yang merusak.

Tujuan atas pembangkitan kekuatan bhatin adalah untuk memperoleh ketenangan dalam diri karena, dengan keagungan bhatinnya, seorang manusia telah terlepas dari berbagai belenggu ketakutan. Dengan ketenganan tersebut, manusia akan menyikapi lingkungan dengan sadar. Manusia bisa berfikir dengan jernih sehingga akhirnya melakukan tindakan yang tepat. Seseorang tidak terganggu lagi oleh raasa takut akan suatu hal tertentu, karena bhatinnya merupakan bhatin yang kuat.

Aura terjadi atas suatu tanggapan lingkungan.  Sementara jika tanpa ada subjek ekstern yang akan merespon, maka tidak ada sesuatu yang disebut sebagai aura. Sederhananya, seseorang dikatakan memancarkan aura adalah karena ada orang yang memberi suatu pengamatan bahwa seseorang yang diamatinya adalah orang yang memiliki aura.

Sikap dan perilaku yang tepat terjadi karena dasar diri yang  tepat.  Sikap dan perilaku yang tepat meliputi tampilan diri, sikap gerak dan sikap suara. Orang yang memiliki kemantapan bhatin, dapat menampilkan semua sikap yang mantap sehingga terkesan benar-benar baik, agung dan bisa saja jadi teristimewa dibanding yang lainnya.

Terjadi hubungan antara tampilan diri dengan kemantapan bhatin.  Kemantapan bhatin tercermin dalam fisik, dan pertumbuhan fisik.  Kemantapan bhatin mempengaruhi setiap komponen tubuh dalam aktifitasnya.  Sebagai contoh, dalam suatu kondisi proses bhatin tertentu, memungkinkan tampilan wajah kusam, bersemangat, tampak cerah dan lain sebagainya.  Memungkinkan tatapan mata tampak bersinar, redup atau sayu. Semua tampilan tersebut adalah objek yang bisa dinilai oleh lingkungan.  Demikian pula terjadi pengaruh antara kondisi bhatin dengan sikap gerak dan sikap bicara.

Sehingga dengan kondisi bhatin yang mantap, disertai dengan kebijaksanaan, tentunya mampu memberi efek pada tampilan diri yang mantap.  Sehingga menjadi objek penilaian yang positif oleh lingkungan. Maka disitulah aura akan muncul dan bersinar.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar