Kamis, 21 Juni 2012

DAMAI



I HOLD MY CONDITION BY MY HAND


Kebahagiaan itu bersifat sementara, karena kedukaan pasti akan datang, sebagai penyeimbang suatu keadaan. Atau suatu kedukaan yang datang, pasti akan diseimbangkan oleh suatu kebahagiaan. Pada dasarnya, jumlah kedukaan dan kebahagiaan itu adalah dua duanya dalam jumlah yang sama. Seberapa besar kebahagiaan yang terjadi, maka sejumlah kedukaan yang sama juga terjadi, entah pada saat yang bersamaan ataukah setelahnya. Besarnya kesukaan adalah sama dengan besarnya kedukaan.  Besarnya keduanya akan berpengaruh sebesar penerimaan suatu pribadi terhadap pengaruh suka dan duka. Itu artinya, jika suka dan duka tidak diterima sebagai suatu unsure penentu diri, maka suka dan duka itu akan tidak ada artinya. Tidak ada.

Dalam hal ini, suka dan duka merupakan sebuah dualitas yang  tercipta atas hukum sebab akibat. Hukum sebab akibat ini berkembang menjadi suatu syarat dan hasil. Suatu hasil akan tercapai apabila suatu syarat dikerjakan. Dalam contoh sederhana, agar bisa kenyang, maka harus makan. Dikatakan bahwa, kenyang sebagai hasil, maka syaratnya adalah makan. Dalam sebab akibat, maka kenyang adalah suatu akibat, dan makan adalah sebab. Hubungannya dengan perasaan, kenyang adalah suatu keadaan suka, karena keinginan tercapai. Sedangkan makan adalah suatu duka, karena melibatkan unsure kerja (tidak diinginkan)

(Datangnya kedukaan atas kebahagiaan, tidak diartikan sebagai suatu balasan. Akan tetapi, suka dan duka merupakan sebuah dualitas di alam perasaan manusia  yang pada dasarnya, dualitas,  adalah satu kesatuan. Karena dualitas dalam satu kesatuan, maka agar tercapainya keseimbangan maka jumlahnya harus sama)

Hidup disebabkan oleh gelombang yang menimbulkan dualitas, dimana jika dualitas itu terjadi, maka kehidupan akan tercipta dan kemudian terus berkembang dengan gejolak yang semakin besar. Bisa dikatakan bahwa, dualitas itu merupakan roda penggerak kehidupan. Itu berarti, segala sesuatu yang terlibat dalam hidup, harus terproses dalam gelombang dan dualitas tadi.

Dualitas tersebut harus dilalui, akan tetapi jika terlarut dalam dualitas itu, maka akan menyebabkan gelombang dualitas itu semakin besar. Karena itu, hal yang terbaik dalam menyikapi dualitas itu adalah dengan tidak pernah mengharapkan sesuatu atas dualitas tersebut. Kedua sisi, sama sama tidak memberi pengaruh pada (diri). Dengan berlaku demikian, maka sementara hidup sibuk dalam gelombang dualitasnya, tetapi (diri) sama sekali tidak terbebani oleh reaksi dan gelombang dualitas. Itu sama artinya dengan sebuah garis gelombang yang lurus, tidak beraktifitas atau tidak bergelombang.

__Karena itu, janganlah memburu kebahagiaan, karena kebahagiaan berada di bawah naungan perasaan. Carilah suatu keadaan yang terlepas dari pengaruh perasaan. Jika terlepas dari pengaruh perasaan, maka tiada kebahagiaan dan tiada kedukaan.

Keadaan yang terlepas dari pengaruh perasaan itu, adalah tidak bergejolak atau bereaksi ketika memperoleh kebahagiaan ataupun kedukaan. Atau dengan kata lain, kebahagiaan dan kedukaan tidak pernah memberikan suatu pengaruh.

Jangan pernah mengejar kebahagiaan, karena untuk mencapainya harus dengan sejumlah kedukaan yang sama. Kebahagiaan dan kedukaan adalah sebuah gelombang. Yang mana jika diterima maka, gelombang itu akan terus bergejolak dan semakin bergejolak.  Keadaan yang terbaik adalah ketika gelombang kedua keadaan itu dapat terhenti. Tiada kebahagiaan dan tiada kedukaan. Maka terciptalah suatu keadaan DAMAI. inilah keadaan tertinggi yang mesti dicapai, namun tidak banyak disadari oleh setiap orang.

Written by: Edy MW.
On June 19, 2012

“Orang yang melepaskan diri dan tidak tergantung dari pengaruh suka dan duka, maka dia dapat mengendalikan setiap keadaan yang mesti terjadi pada dirinya. Suatu keadaan suka tidak akan terjadi diluar kehendaknya, dan suatu keadaan duka tidak akan datang diluar kehendaknya. Dia telah berada pada titik kosong, tidak bergejolak, sehingga dia bebas untuk berada pada kondisi apapaun.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar