Doktrin Anatta
(by
Edy M. Wijaya)
Anatta = An atman = tiada
jiwa/roh/atman
Yang disebut dengan manusia,
terbentuk oleh dua pembentuk, yaitu jasmani/lahiriah dan rohani./bathiniah.
Kedua pembentuk tersebut terdiri dari lima unsure. Lahiriah
dibentuk oleh satu unsure, yang disebut Rupa. Rupa terdiri dari indria-indria yang dapat
menghubungkan manusia dengan lingkungan dan alam sekitar dengan terbatas oleh
ruang dan waktu. Sedangkan unsure bathiniah terdiri dari empat unsure, yaitu: pikiran, persepsi dan keinginan, perasaan, dan kesadaran. Masing-masing unsure tersebut merupakan
energy alam semesta yang aktif.
Sang diri adalah titik temu
antara lima
unsure tersebut. Oleh karena masing-masing unsure tersebut merupakan energy,
maka keseimbangan kelima kelompok energy tersebut mesti dijaga
kesimbangannya. Jika pertemuan antara
kelima kelompok energy tersebut dalam keadaan tidak seimbang, maka akan terjadi
gejolak, yang menyebabkan energy akan berada pada puncak dan juga akan berada
pada titik dasar, atau energy positif dan negative, menyebabkan sang diri dalam
keadaan suka dan dukha.
Baik sukha maupun dukha, keduanya
menyebabkan kelima kelompok tersebut beraktifitas (karma) sehingga menyebabkan
semakin banyak sebab akibat yang baru, atau menyebabkan gelombang energy
semakin bergejolak.
Ketika unsure rupa rusak, maka
keempat unsure/kelompok yang lainnya akan masih tetap aktif. Ketika dalam
keadaan ini, sang diri telah lenyap. Sedangkan keempat unsure lainnya yang
masih aktif, masih terlarut dalam sebab akibat atau dalam karma. Sangat sulit dimengerti, karena sebab akibat
ini berjalan secara halus, dan sebagian besar tidak terjangkau oleh pikiran dan
kesadaran manusia di alam sadarnya. Seperti sebab akibat yang berjalan dengan
halus di dalam alam bawah sadar manusia,
yang tidak terpikirkan oleh otak sadar manusia.
Ketika terciptanya sang diri,
yaitu pada saat kelima kelompok/unsure pembentuk itu menyatu, sebenarnya
merupakan sebuah kesempatan untuk mengatur dan meredam gelombang energy atas lima kelompok tersebut
dengan cara menyeimbangkannya. Dengan
seimbangnya energy tersebut, maka gejolak energy akan terhenti, maka terlepas
dari karma, terhentinya sebab akibat.
Dengan kata lain, bahwa telah tidak terkondisikan dalam suka maupun duka,
maka damai. Tiada suka dan duka berarti
tiada gejolak perasaan yang menyebabkan kemelekatan. Tiada kemelekatan berarti
bebas.
Dengan tiada kemelekatan, atau
terseimbangkannya energy, atau terseimbangkannya kelima unsure-unsure, berarti
terbebas dari hukum sebab akibat, maka kelima unsure tersebut akan berakhir
disitu. Pada akhirnya kelima unsure
tersebut bukanlah materi, bukan juga immateri. Tanpa sifat, dan semuanya
merupakan kekosongan (sunyata) suatu hal yang tidak terkondisikan,
transcendent.
Semua kesenangan dan kedukaan
manusia, terjadi karena badan jasmani (lahir, hidup, sakit, cantik, ganteng,
usia tua, dan mati), pikiran (cemas, sedang dalam masalah, sedang tanpa
masalah), perasaan (iri, cemburu, mengagumi, dll), persepsi dan keinginan
(takut, curiga, menginginkan pemuasan indria, perasaan), dan kesadaran
(kesimpulan diri berdasarkan proses keempat kelompok yang berubah – ubah dengan
cepat).
Jika manusia menyadari bahwa
kesemua baik kesenangan dan kedukaan itu hanyalah sesaat, yaitu hanya ketika
pengaruh dari masing masing unsure itu semata, dan pada akhirnya ketika
pengaruh dari masing masing habis, semuanya merupakan sesuatu yang akan hilang
dan tiada yang kekal, yang pada akhirnya menjadi suatu kekecewaan, maka
seharusnya manusia tidak pernah terikat pada lima hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar