Pembangkitan Aura by: Edy M. Wijaya
Aktifitas pikiran manusia
bagaikan nyala bintang di kejauhan.
Sesekali bersinar, redup dan kemudian menghilang. Semuanya terjadi dalam
waktu yang serba sesaat. Terjadi
berulang kali, dalam beberapa waktu dan tempat yang berbeda-beda. Kondisi pikiran yang sedemikian rupa,
menyebabkan munculnya ide-ide dalam hidup manusia, yang mana harus ditangkap
dan dikembangkan. Pada saat yang sangat
singkat, dengan aktifitas pikiran yang muncul dan tenggelam, menyebabkan lahirnya
ide-ide yang tak terhitung jumlahnya yang berpotensi menyebabkan satu ide yang
telah ditangkap menjadi kacau dan hilang, diganti dengan ide baru yang muncul,
dan hilang kembali digantikan oleh ide baru dalam waktu yang singkat.
Berhadapan dengan kondisi dan
situasi lingkungan, aktifitas timbul tenggelamnya pikiran manusia akan
melahirkan suatu bentuk hasil pikiran yang disebut persepsi dan asumsi. Yang merupakan tanggapan terhadap situasi
dari hasil olah pikiran manusia secara intern dengan bahan ekstern. Akan
tetapi, kondisi lingkungan tidak dalam kondisi yang tetap. Perubahan situasi dan kondisi lingkungan sama
cepatnya dengan aktifitas timbul tenggelamnya pikiran manusia.
Suatu hasil pemikiran akan terus
berkembang sesuai dengan inti pemikiran tersebut. Apakah pikiran tersebut merupakan suatu
pemikiran yang bersifat negative maupun positif, maka kedua sifat pikiran
tersebut akan terus berkembang. Hasil pemikiran kemudian berhadapan dengan
perasaan. Perasaan merupakan unsure yang
sangat dekat dengan manusia. Seringkali
manusia menempatkan dirinya sebagai perasaan, dalam artian bahwa, dirinya
adalah segala sesuatu yang dirasakannya.
Dengan kecenderungan seperti ini, maka perasaan memiliki wewenang untuk
menentukan kondisi manusia seperti situasi yang dialami oleh perasaan. Jika perasaan dalam kondisi tidak
bersemangat, karena hasil olah pikiran menjadi suatu beban, yang menyerap
begitu banyak energy positif, maka manusia pun mengalami hal yang sama, tanpa
semangat dan lemah. Demikian juga sebaliknya, jika hasil pemikiran menyebabkan
bertambahnya energy positif dalam perasaan manusia yang menyebabkan bangkitnya
semangat, maka manusiapun akan memancarkan energy dan semangat yang sama.
Dalam hal ini, yang difokuskan
adalah kondisi dimana manusia merasa lemah, tanpa semangat yang disebabkan oleh
perasaan. Kondisi yang lemah ini
merupakan suatu kondisi yang sama sekali tidak menguntungkan bagi manusia,
karena pada kondisi ini pikiran akan melahirkan lebih banyak persepsi-persepsi
lain yang menyebabkan energy positif dalam bentuk semangat semakin terkuras,
melemahkan daya pikir dan mengurangi stabilitas emosional manusia. energy yang
berkembang dalam diri manusia adalah energy negative karena energy positif
cenderung berkurang (jumlah energy selalu sama, dan tidak dapat hilang, hanya
mengalami perubahan bentuk) Dengan tidak terjaganya stabilitas emosional
manusia, itu berarti kesadaran manusia cenderung menurun.
Manusia tidak dapat bertindak
tanpa kesadaran yang cukup. Oleh karena itu, keadaan dimana manusia dipengaruhi
oleh tingkat emosional yang tinggi dengan kesadaran yang rendah, harus
dihindari. Perlu diingat bahwa, yang menjadi sumbernya adalah aktifitas
pikiran, maka yang perlu dipertahankan adalah bagaimana pikiran dapat dikelola
dengan baik sehingga menghasilkan pemikiran-pemikiran yang baik sehingga
menyebabkan perasaan yang baik.
Dalam tingkat yang lebih tinggi,
manusia harus menyadari bahwa sang diri bukanlah perasaan. dengan demikian
maka, apapun yang terjadi dalam perasaan manusia, pada hakekatnya bukanlah
sesuatu yang terjadi pada diri, melainkan suatu kejadian semu bagi sang diri. Karena sang diri dan perasaan yang telah
terpisah, maka segala sesuatu yang terjadi pada perasaan diibaratkan sebagai
suatu pertunjukan, dimana pertunjukan itu disaksikan oleh sang diri. Akan tetapi sang diri bukanlah pelaku
pertunjukan yang sedang dipentaskan tersebut. demikian pula, manusia harus
menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam pikiran manusia adalah sebuah
pertunjukan, yang mana sang diri bukanlah pemerannya. Persepsipun bukanlah sang
diri.
Dalam tingkatan yang lebih
sederhana, seseorang dapat mengembangkan ego nya. Dalam hal ini, sang diri mengambil alih
sepenuhnya aktifitas pikiran untuk menentukan keadaan dirinya. Pada dasarnya,
aktifitas pikiran merupakan suatu aktifitas semu, yang mana setelah ditanggapi
oleh perasaan dan sang diri, barulah timbul suatu kenyataan bagi manusia.
Dengan menempatkan diri sebagai pengatur pikiran, maka apapun yang terjadi dan
diinginkan terjadi pada pikiran dapat dikendalikan sepenuhnya oleh sang diri.
Dengan dikendalikannya pikiran oleh sang diri, maka segala sesuatu yang terjadi
pada perasaan akan mengikuti seiring dengan aktifitas pikiran. Sebagai hasil
akhirnya akan menjadilah sang diri yang sesuai dengan kehendak diri.
Manusia dapat menyembuhkan
dirinya dari suatu ketidakberdayaan atau dari suatu penyakit bhatin dengan
pengelolaan pikiran, yaitu membangkitkan suatu imajinasi positif. Pembangkitan imajinasi positif dilakukan
dengan sengaja untuk menyeimbangi imajinasi imajinasi negative yang terjadi
begitu saja atas aktifitas pikiran. Karena pada hakikatnya, semua penyakit bhatin
yang terjadi adalah karena pengaruh pikiran yang timbul dan tenggelam, dan itu
bersifat semu. Sesuatu hal yang semu bisa diatasi hanya dengan imajinasi lainnya yang juga
bersifat semu. Jika hal semu tadi
menimbulkan penyakit bhatin, maka imajinasi sebagai antipati nya adalah
imajinasi yang menghancurkan tumbuhnya timbul tenggelamnya pikiran yang
menyebabkan timbulnya energy negative.
Manusia memiliki kemampuan untuk
menjadikan dirinya yang terkuat, untuk menghadapi keadaan ketika dalam
pikirannya dia tenggelam sebagai bhatin yang terlemah. Caranya adalah dengan cara melibatkan diri
sebagai pengendali penuh atas pikiran.
Dalam suatu meditasi, hal ini
dapat dilakukan dengan proses pengendalian pikiran sebagai berikut
1. Duduk dalam posisi yang tenang dan aman. Perhatikan posisi duduk agar peredaran darah
tidak terganggu, pernafasan tidak terganggu dan dalam lingkungan yang tenang.
2. Ketika
nafas dan diri telah siap, maka serap energy alam dengan mudra tangan yang
terbuka. Dengan mudra seperti itu, cukup
menguatkan pikiran kita untuk membayangkan betapa terbukanya diri kita untuk
menerima segala energy yang tersebar begitu banyak di alam semesta.
3. Dengan
energy alam semesta tersebut, bakarlah semua penyakit bhatin dan bangkitkan
semangat. Bangkitkan seluruh energy positif.
4. Imajinasikan
bahwa energy telah merasuk ke seluruh tubuh, menyatu di setiap titik kesadaran
tubuh, dan sang diri adalah diri yang terpenuhi oleh energy.
5. Ciptakan
lingkaran energy yang melindungi bhatin.
Suatu lingkaran energy yang memancar sebagai suatu kejayaan atas diri
telah memancar dari dalam bhatinmu.
6. Dengan
energy yang melimpah ruah dalam diri, maka tiada suatu hal apapun yang dapat mempengaruhi
kejayaan sang diri. Diri telah terlidungi, tidak lagi terperdayakan oleh
energy-energy lain yang member penyakit bhatin.
Sang diri telah jaya, bagaikan makhluk besar yang tinggi, memandang
segala sesuatunya berada di bawah.
7. Kemudian
tangan yang dalam mudra terbuka dicakupkan di dada, seluruh jemari ditutup dan
disatukan. Kesepuluh jari merupakan
dashendrya. Dengan mudra seperti ini, maka keseluruh dashendrya telah
disatukan, untuk mengunci kejayaan atas energy positif yang telah dikuasai oleh
sang diri.
8. Ketika
tangan dicakupkan maka sang diri telah bersinar dan sangat jaya. Tiada hal lain
yang melampaui kejayaan sang diri.
Dengan demikian,
hilanglah semua penyakit bhatin yang membuat manusia tidak berdaya. Saat seperti ini, sang diri telah mengatasi
segala sesuatu. Seorang manusia telah
menumbuhkan kepercayaan dirinya, kehilangan keluh kesah dan keragu-raguannya.
Seorang manusia telah sangat kuat dalam hal bhatin.
Dalam pencapaian
meditasi ini, maka sang diri menyadari bahwa betapa kuasanya diri. Mulai
menyadari mengenai kemurnian diri yang tidak pernah terpengaruh oleh apapun.
Dengan terbebasnya kemurnian diri ini, maka segala macam rintagan telah tiada,
segala macam ketakutan dan kelemahan telah tiada. Sang diri lah yang Berjaya
dan sangat agung. Tiada suatu halangan
apapapun bagi sang diri. Langkah
selanjutnya adalah, bagaimana menggunakan kekuatan bhatin ini dalam interaksi
lingkungan.
Kekuatan bhatin
merupakan kekuatan intern manusia yang terjadi karena aktifitas pikiran,
persepsi dan perasaan manusia yang tidak terpengaruhi oleh aktifitas eksteren
dan lingkungan manusia. dengan kekuatan bhatin seperti ini, maka manusia dapat
melakukan interaksi dengan lingkungan dengan sangat tenang dan merasa tidak
kekurangan sesuatu apapun. Dengan kuasa yang sangat besar ini, maka harus
disertai oleh kebijaksanaan.
Pengembangan kebijaksanaan dilakukan untuk dapat mengemban kekuatan
bhatin atas kebebasannya agar dapat ditampilkan dalam hidup yang baik. Sebab
jika kebijaksanaan tidak dikembangkan untuk memegang kuasa bhatin ini, maka
akan menyebabkan kesalahpenggunaan kekuatan bhatin. Layaknya energy alam yang merusak.
Tujuan atas
pembangkitan kekuatan bhatin adalah untuk memperoleh ketenangan dalam diri karena,
dengan keagungan bhatinnya, seorang manusia telah terlepas dari berbagai
belenggu ketakutan. Dengan ketenganan tersebut, manusia akan menyikapi
lingkungan dengan sadar. Manusia bisa berfikir dengan jernih sehingga akhirnya
melakukan tindakan yang tepat. Seseorang tidak terganggu lagi oleh raasa takut
akan suatu hal tertentu, karena bhatinnya merupakan bhatin yang kuat.
Aura terjadi
atas suatu tanggapan lingkungan.
Sementara jika tanpa ada subjek ekstern yang akan merespon, maka tidak
ada sesuatu yang disebut sebagai aura. Sederhananya, seseorang dikatakan
memancarkan aura adalah karena ada orang yang memberi suatu pengamatan bahwa
seseorang yang diamatinya adalah orang yang memiliki aura.
Sikap dan
perilaku yang tepat terjadi karena dasar diri yang tepat.
Sikap dan perilaku yang tepat meliputi tampilan diri, sikap gerak dan
sikap suara. Orang yang memiliki kemantapan bhatin, dapat menampilkan semua
sikap yang mantap sehingga terkesan benar-benar baik, agung dan bisa saja jadi
teristimewa dibanding yang lainnya.
Terjadi hubungan
antara tampilan diri dengan kemantapan bhatin.
Kemantapan bhatin tercermin dalam fisik, dan pertumbuhan fisik. Kemantapan bhatin mempengaruhi setiap
komponen tubuh dalam aktifitasnya.
Sebagai contoh, dalam suatu kondisi proses bhatin tertentu, memungkinkan
tampilan wajah kusam, bersemangat, tampak cerah dan lain sebagainya. Memungkinkan tatapan mata tampak bersinar,
redup atau sayu. Semua tampilan tersebut adalah objek yang bisa dinilai oleh
lingkungan. Demikian pula terjadi
pengaruh antara kondisi bhatin dengan sikap gerak dan sikap bicara.
Sehingga dengan
kondisi bhatin yang mantap, disertai dengan kebijaksanaan, tentunya mampu
memberi efek pada tampilan diri yang mantap.
Sehingga menjadi objek penilaian yang positif oleh lingkungan. Maka
disitulah aura akan muncul dan bersinar.